KISAH CALON ARANG
Calon Arang/calonarang adalah pertunjukan drama yang di
pertunjukan di Bali. Biasanya dilakukan sewaktu ada upacar di desa/pura dalem. Drama
ini biasanya di mulai dari malam hingga subuh. Ada yang bilang,kalo pulang
sebelum acara selesai akan di kejar leak. Ini sebabkan karena pada pertunjukan
calonarang ada namanya gending tunjang. Gending ini merupakan salah satu
gambelan pengiring pada pertunjukan calonarang, dimana mampu membangkitkan
kekuatan para leak. Jadi kalau mau nonton harus menyiapkan diri ya hehee.
Calonarang ini memiliki legenda. Untuk lebih lengkapnya tentang
legenda ini langsung simak artikel yang aku kutip dari www.puragunungsalak.com
Petilasan calonarang yang hidup saat zaman Raja Airlangga
masih bisa ditemui hingga saat ini. Calonarang ini diceritakan sebagai sebagai
seorang rondo (janda) yang menguasai ilmu hitam dan penganut aliran durga yang
sakti dan jahat. Ia dijuluki “Rondo Naten Girah” (janda yang tinggal di Girah).
Karena sangat jahat, warga menamainya Calonarang. Ia juga mempunyai banyak
murid, yang semuanya adalah perempuanKemarahan Calonarang menyebebkan grubug (wabah) di kerajaan
Airlangga. Diceritakan rakyat Kerajaan Kediri disiang harinya yang ramai
seperti biasanya. Tidak ada terasa hal-hal aneh atau pertanda aneh di siang
hari tersebut. Kegiatan masyarakat berlangsung dari pagi sampai sore, bahkan
sampai malam hari. Pada malam hari masyarakat yang senang matembang atau
bernyanyi melakukan kegiatannya sampai malam. Demikian pula dengan seka gong
latihan sampai malam di Balai Banjar. Suasananya nyaman, tentram, dan damai
sangat terasa ketika itu.
Setelah tengah malam tiba, semua masyarakat telah beristirahat tidur.
Suasananya menjadi gelap dan sunyi senyap, ditambah lagi pada hari
tersebut adalah hari Kajeng Kliwon. Suatu hari yang dianggap kramat bagi
masyarakat. Masyarakat biasanya pantang pergi sampai larut malam pada hari Kajeng
Kliwon. Karena hari tersebut dianggap sebagai hari yang angker. Sehingga
penduduk tidak ada yang berani keluar sampai larut malam.
Ketika penduduk rakyat Kediri tertidur lelap di tengah malam, ketika itulah
para murid atau sisya Ibu Calonarang yang sudah menjadi leak datang ke
Desa-desa wilayah pesisir Kerajan Kediri. Sinar beraneka warna bertebaran di
angkasa. Desa-desa pesisir bagaikan dibakar dari angkasa. Ketika itu, penduduk
desa sedang tidur lelap. Kemudian dengan kedatangan pasukan leak tersebut,
tiba- tiba saja penduduk desa merasakan udara menjadi panas yang membuat tidur
mereka menjadi gelisah. Para anak-anak yang gelisah, dan terdengar tangis para
bayi di tengah malam. Lolong ananjing saling bersahutan seketika. Demikian pula suara goak atau burung gagak terdengar di
tengah malam. Ketika itu sudah terasa ada yang aneh dan ganjil saat itu.
Ditambah lagi dengan adanya bunyi kodok darat yang ramai, padahal ketika itu
adalah musim kering. Demikian pula tokek pun ribut saling bersahutan seakan-akan
memberitahukan sesuatu kepada penduduk desa. Mendengar dan mengalami suatu yang
ganjil tersebut, masyarakat menjadi ketakutan, dan tidak ada yang berani
keluar.
Endih atau api jadi-jadian yang berjumlah banyak di angkasa kemudian turun
menuju jalan-jalan dan rumah-rumah penduduk desa. Api sebesar sangkar ayam
mendarat di perempatan jalan desa, dan diikuti oleh api kecil-kecil
warna-warni. Setelah itu para leakyang tadinya terbang berwujud endih, kemudian
setelah dibawah bberubah wujud menjadi leak beraneka rupa, dan berkeliaran di
jalan jalan desa.
Para leak di malam itu telah menyebarkan penyakit grubug di desa-desa wilayah
pesisir Kerajaan Kediri. Setelah beberapa hari mengalami kepanikan, kebingungan
danketakutan, akhirnya para prajuru desa atau pengurus desa, para pengelingsir
atau tetua dan para pemangku mengadakan pertemuan di salah satu balai banjar di
desa Girah. Pada intinya mereka membicarakan mangenai masalah atay penyakit
gerubug yang menyerang desa-desa pesisir Kerajan Kediri. Raja Kediri setelah
mengetahui kejadian ini menjadi sangat murka.
Diceritakan Ki Patih Madri sebagai utusan raja telah mengumpulkan tokoh
masyarakat dan penduduk yang mempunyai ilmu kanuragan atau ilmu kewisesan.
Mereka semua dikumpulkan di Istana dan diberikan pengarahan mengenai rencana
penyerangan ke tempat Ratu Leak di Desa Girah menggempur Calonarang di malam
hari.
Karena kesaktian Calonarang maka serangan dari pihak Kediri yang dipimpin Ki
Patih Madri telah diketahui sebelumnya. Sehingga Calonarang dengan mudah
mengalahkannya. Dengan kalahnya Patih Madri melawan Nyi Larung murid
Calonarang, maka Raja Kediri sangat panic sehingga Raja Kediri memanggil
seorang Bagawanta (Rohaniawan Kerjaan) yaitu Pendeta Kerajaan Kediri yang
bernama Empu Bharadah yang situgaskan oleh Raja untuk mengatasi gerubug sebagai
ulah onar si Ratu Leak Calonarang.
Empu Bharadah lalu mengatur siasat dengan cara Empu Bahula putra Empu
Bharadahdi tugaskan untuk mengawini Diah Ratna Mengali agar berhasil mencuri
rahasia ilmu pengeleakan milik janda sakti itu.
Empu Bahula berhasil mencuri buku lontar yang bertuliskan
aksara Bali yang menguraikan tentang teknik-teknik pengeleakan. Setelah Ibu
Calonarang mengetahui bahwa dirinya telah diperdaya oleh Empu Bharadah dengan
memenfaatkan putranya Empu Bahula untuk pura-pura kawin dengan putrinya
sehingga berhasil mencuri buku ilmu pengeleakan milik Calonarang.
Ibu Calonarang sangat marah dan menantang Empu Bharadah untuk perang tanding
pada malam hari di Setra Ganda Mayu yaitu sebuah kuburan yang sangat luas yang
ada diKerajan Kediri. Pertarungan pun terjadi dengan sangat seram dan dahsyat
antara penguasa ilmu hitam yaitu Calonarang dibantu para sisya atau murid-murid
dengan penguasa ilmu putih yaitu Empu Bharadah dibantu pasukan Balayuda Kediri,
di Setra Ganda Mayu.
Pertempuran berlangsung sangat lama sehingga sampai pagi, dan karena ilmu
hitam mempunyai kekuatan hanya pada malam hari saja, maka setelah siang
hari Ibu Calonarang akhirnya tidak kuat melawan Empu Bharadah. Calonarang
terdesak dan sisyanya banyak yang tewas dalam pertempuran melawan Empu Bharadah
dan Pasukan Balayuda Kediri. Calonarang tewas ketika ia berubah wujud menjadi
garuda dan terkena bidikan senjata pusaka Jaga Satru oleh Empu Bharadah. Segera
si garuda mengambil wujud kembali menjadi manusia sosok Calonarang. Ratu Leak
Calonarang yang sakti mandra guna tidak berdaya dengan kesaktian senjata pusaka
Jaga Satru Empu Bharadah. Dengan meninggalnya Ibu Calonarang maka bencana
gerubug (wabah) yang melanda Kerajaan Kediri bisa teratasi.
0 Response to "KISAH CALON ARANG"
Post a Comment